-->
skip to main | skip to sidebar

Rumah maya

  • Home
  • About Rizuma
  • Contact me

catatan himawari

Diberdayakan oleh Blogger.

friends and following! ^^

Pengikut

Cari Blog Ini

Red Waterfall Pointer




Labels

  • BBM (1)
  • berbicara politik (1)
  • bunga matahari^^ (2)
  • jalan-jalan (1)
  • lyric (9)
  • Masterpiece (1)
  • nothing (6)
  • Resensi Buku (3)
  • Resensi Manga (1)
  • Sekadar Cerita^^ (16)
  • Sekadar info^^ (4)
  • stawberry ^^ (2)
  • tips-sukasuka (1)
  • 作文 (1)

Blog Archive

  • ▼  2014 (1)
    • ▼  November (1)
      • BBM dengan Penuh Tanda Tanya
  • ►  2013 (6)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2012 (9)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2011 (19)
    • ►  Desember (8)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (1)
  • ►  2010 (6)
    • ►  November (5)
    • ►  Maret (1)

feed-feed

Blogger Templates

Rabu, 19 November 2014

BBM dengan Penuh Tanda Tanya

Ketika saya berada dalam bus damri dua hari yang lalu, naiklah pedagang koran ke dalam bus seraya berteriak menawarkan dagangannya “BBM akan naik ketika harga minyak dunia turun, ayo dibaca beritanya”, kata pedagang itu. Meskipun teriakannya keras, tetapi lebih mirip teriakan akan kepasrahan.

Sore tadi saya membeli bakso Pak Udin (bukan nama sebenarnya) langganan saya. saat itu di dalam warung kecilnya, terlihat televisi yang sedang menayangkan berita mahasiswa berdemo, menentang kenaikan harga BBM. Pak Udin sesekali menatap layar sambil menyiapkan pesanan saya. Biasanya Pak Udin mengajak saya ngobrol, karena selain langganannya, kami sama-sama berasal dari tanah jawa. Tetapi hari ini beliau tampak diam.

Ah, hari ini semuanya tampak kelabu. Langit yang mendung menambah keruh suasana hati jutaan penduduk ibu pertiwi yang menatap kosong akan hari esok, dimana beban di pundak akan semakin berat. Keadaan semakin terlihat menyedihkan ketika masih banyak pembela penguasa yang mengatakan hal-hal yang mengiris hati.

"Apalah arti dua ribu?" Kata Pembela Penguasa, mengejek.

Gais...Dua ribu bagi mereka tidak hanya kenaikan untuk menjalankan kuda besi dan mobil mewah. Dua ribu itu berarti kenaikan harga seluruh bahan makanan pokok, kenaikan sumber-sumber bahan usaha mereka, kenaikan sumber kehidupan mereka dalam mencari makan.

Apakah harus disebutkan nelayan-nelayan yang tidak dapat melaut karena tidak bisa membeli solar? Apakah harus dikatakan banyak petani yang termenung melihat sawahnya kesulitan irigasi karena tidak ada minyak yang menjalankan mesin-mesinnya? Apakah harus dijelaskan semua roda ekonomi membutuhkan alat transportasi untuk distribusi? Bagaimana dengan sopir angkot? Ojek? Bus? Dimana benda-benda besi itu menjadi sumber penghidupan mereka. 

Bukankah penghasilan yang sedikit itu sudah mencekik leher mereka? Tetapi, penguasa itu bukan pembawa kesejahteraan, mereka hanya membunuh, secara perlahan.

Pembela penguasa berujar “naik dua ribu saja repot, padahal bisa membeli rokok seharga sekian, pulsa harga sekian”

Astaga, ironis, Siapa yang membeli rokok? Pulsa? Mereka hanya sebagian kecil dari rakyat Indonesia, kenapa digeneralisir? Bukankah jumlah penduduk miskin di bumi pertiwi ini mencapai jutaan, yang hanya untuk makan saja mereka tidak mampu.

Mungkinkah kalian melupakan keberadaannya? Karena kalian hanya berkutat dengan internet, yang kalian lihat hanyalah tokoh yang bermewah-mewah dunia maya. Bagaimana mungkin orang-orang itu akan muncul di dunia maya kalian, tahu kecanggihan google saja belum tentu. Ah, yang mereka pikirkan hanyalah bertahan hidup.

                “Ini untuk rakyat, agar mereka tidak malas dan dapat berinovasi”

                Malas? Mari kita tanya, apakah pedagang nasi yang bangun setiap pukul dua dini hari dan bekerja sepanjang hari malas? Apakah sopir angkot yang keliling mencari penumpang selama hampir 24 jam malas? Apakah penjaja koran yang tanpa lelah berteriak menjual korannya bisa disebut malas? Ya Tuhan, mereka harus bekerja seperti apa agar kalian tidak menyebutnya malas?

Bukankah tuan-tuan penguasa malah yang pantas sekali disebut pemalas, malas menggunakan diplomasi energinya untuk mempertahankan kestabilan harga.

Soal inovasi, bukankah sudah banyak inovasi anak bangsa? Tetapi kenyataanya dukungan penguasa tidak ada. kabar mobil Esemka itu bagaimana? mobil listrik? penemuan bahan bakar pengganti minyak oleh anak-anak SMA? 

“sudahlah, itu mobil itu bukan urusan penguasa kita lagi, yasudah makanya sekolah yang bener dong!”

Bagaimana mereka sekolah kalau untuk makan saja tidak mampu? Bagaimana mereka bisa memiliki pendidikan yang baik ketika dilahirkan oleh orang tua yang juga tidak berpendidikan dan tidak mampu membiayai pendidikan formal? Siapa yang harusnya menyediakan pendidikan di negeri ini? Mereka, untuk sekolah saja tidak mampu, bagaimana mengenyam pendidikan di jenjang yang tinggi? Bahkan ironisnya, orang yang berpendidikan tinggipun seringkali hanya berakhir dengan kepedihan hidup.

“kenaikan untuk mengalihkan ke subsidi yang lebih baik”

Subsidi apa? Siapakah yang menikmati? Untuk kartu-kartu sakti itu? Ah bahkan tidak jarang ada berita antrean rumah sakit yang sampe menunggu 12 jam, bagaimana kalau pasien tersebut sudah meninggal? Efektifkah kartu ajaib anda tuan? Anda penguasa atau penjual kartu jalanan?

Subsidi untuk pembangunan? Pembangunan apa? Bukankah pembangunan tidak akan jalan tanpa adanya energi? Kala dinaikan bukankah sama saja? Tuan-tuan hanya bisa mematikan ekonomi rakyat. Lalu sampai kapan kami harus menunggu pembangunan selesai? Apakah pembangunan itu juga untuk Papua? Sumatera? Kalimantan?

Pendidikan? astaga, dari dulu SD-SD dipelosok tidak direnovasi. Dana pendidikan hanya untuk dikorup, pendidikan gratis hanya bualan. Perguruan tinggi hanya menampung orang-orang yang mampu. Beasiswa bertebaran, tapi hanya sebagian kecil yang mendapatkan, hanya mereka yang benar-benar pintar. padahal pendidikan untuk semua bukan? apalah arti ijazah SMA sekarang kalau ijazah S1 saja banyak yang masih menganggur. apalah arti sekolah gratis kalau tidak bisa makan untuk hidup..

 “Negara Jepang saja tidak punya subsidi bbm, mesir malah mencabut seluuh subsidinya”

Negara mereka memberikan fasilitas yang baik dalam bidang apapun. Bandingkanlah juga dengan Venezuela, bbm tidak ada 1000 rupiah. Apakah perbandingan itu adil? Tentu saja bumi pertiwi ini juga siap tanpa subsidi apabila fasilitas transportasi publik diperbaiki, sektor-sektor lain juga didukung. Naikkan juga pendapatan per kapita. Namun nyatanya apa, soksokan bikin KRL saja tiba-tiba batal.

“Lalu mau ngapain? Demo? Ngritik di dunia maya? Nggak akan mengubah apapun”

 Kami beraksi karena kami peduli, karena kami ingin menyampaikan bahwa masyarakat masih memiliki orang-orang yang membela mereka.

Tidak ada yang tahu, aksi yang dilakukan bisa mengubah atau tidak, yang pasti tidak ada yang sia-sia. Orang-orang yang melihat bisa saja terbuka, kemudian bergabung. Semakin banyak masyarakat yang berpikiran sama, semakin banyak memiliki pengaruh.

Tulisan pun bisa mengubah jutaan kepala. Tidak ada yang tahu siapa yang membaca tulisan ini. Tulisan dapat mempengaruhi pola pikir manusia, dan pola pikir mempengaruhi tingkah laku. Masyarakat yang memiliki tujuan bersama dan bersatu pasti akan lebih banyak “berpengaruh” dan “didengar” tuan Penguasa.

Ingatlah tahun 1998, siapakah yang menggulingkan rezim soeharto? Mahasiswa! Mahasiswa memiliki kuasa, masyarakat memiliki kuasa.

Ah tetapi kalau memang keadaan bumi pertiwi tidak terpengaruh, setidaknya terdapat kontrol terhadap tuan-tuan penguasa. Malah sebenarnya yang paling menyedihkan adalah apabila suatu saat, karena terlalu capek, rakyat, mahasiswa, makin terdiam saja. Diam ketika BBM naik, diam ketika menaikkan pajak, Diam ketika Indonesia dijual...

Semoga tidak, karena ketika semuanya sudah hancur, yang tersisa hanyalah nyanyian penyesalan tiada usai.
  

Jatinangor, 18 September 2014 
Bukan catatan yang runtut, dituliskan karena saya terlalu gusar dengan pemerintah negara ini.

BBM, Tolak Kenaikan BBM, BBM Naik, Salam Dua Ribu, 8500, 2014
Diposting oleh rizum! di 11/19/2014 03:56:00 AM
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: BBM, berbicara politik
Posting Lama Beranda
 

Daisypath Graduation tickers

Daisypath Graduation tickers
Powered By Blogger