-->
skip to main | skip to sidebar

Rumah maya

  • Home
  • About Rizuma
  • Contact me

catatan himawari

Diberdayakan oleh Blogger.

friends and following! ^^

Pengikut

Cari Blog Ini

Red Waterfall Pointer




Labels

  • BBM (1)
  • berbicara politik (1)
  • bunga matahari^^ (2)
  • jalan-jalan (1)
  • lyric (9)
  • Masterpiece (1)
  • nothing (6)
  • Resensi Buku (3)
  • Resensi Manga (1)
  • Sekadar Cerita^^ (16)
  • Sekadar info^^ (4)
  • stawberry ^^ (2)
  • tips-sukasuka (1)
  • 作文 (1)

Blog Archive

  • ►  2014 (1)
    • ►  November (1)
  • ►  2013 (6)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2012 (9)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2011 (19)
    • ►  Desember (8)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (1)
  • ▼  2010 (6)
    • ▼  November (5)
      • Teman-teman si strawberry
      • Nakushita Kotoba lyric
      • No Other Lyric
      • Belajar arti kehilangan lewat novel let go
      • Manfaat Strawberry
    • ►  Maret (1)

feed-feed

Blogger Templates

Selasa, 16 November 2010

Belajar arti kehilangan lewat novel let go

Written by : Windhy Puspitadewi
Tebal : 241 halaman
Penerbit : GagasMedia
Kota penerbit : Jakarta
Cetakan  : Pertama 2009

Dilihat dari judulnya, memang novel ini sudah terlihat berakhir sad ending. Tapi, meskipun begitu, novel ini tetap asyik untuk dibaca apalagi untuk remaja seperti kita. Yap, novel ini bercerita tentang empat anak SMA yang berbeda karakter dan terpaksa terjebak dalam satu tujuan. Mengurus mading sekolah.

Caraka, yang suka bertindak tanpa berpikir, suka ikut campur namun baik hati. Nadya sang ketua kelas dan aktivis beberapa kegiatan sekolah yang tak pernah meminta bantuan orang lain. Sarah, si ketua mading yang tak pernah menolak dan pemalu, serta Nathan, zombie yang cerdas dan suka berkata pedas.

Keempatnya, adalah orang-orang yang sengaja disatukan oleh Bu Ratna, wali kelas mereka untuk membuat sebuah keajaiban. Dimana untuk mencapai keajaiban tesabut mereka akan mendapatkan banyak pelajaran tentang arti persahabatan, kehidupan dan kehilangan.

Kelebihan dari novel ini adalah memberikan banyak pelajaran, khususnya bagi remaja yang sedang mengalami masa-masa penuh masalah namun dikemas dalam bacaan yang ringan. Bahasa yang digunakanpun bagus dan cocok untuk remaja meskipun dalam novel ini menggunakan bahasa baku tanpa ‘elo-gue’ seperti pada novel teenlit pada umumnya. Yang membuat saya terkesan adalah sebuah puisi disana yang menggambarkan sifat seorang wanita pada umumnya, suka menangis, namun sering disalahartikan oleh orang lain. Puisi tersebut berbunyi seperti ini:

Ketika wanita menangis,
Itu bukan berarti dia sedang mengeluarkan senjata terampuhnya,
Melainkan justru dia sedang mengeluarkan senjata terakhirnya.
Ketika wanita menangis,
Itu bukan berarti dia tidak berusaha menahan air matanya
Melainkan karena pertahanannya sudah tak mampu lagi membendung air matanya.
Ketika wanita menangis,
Itu bukan karena dia ingin terlihat lemah,
Melainkan karena dia sudah tidak sanggup berpura-pura kuat.

Saya belum menemukan kekurangan yang berarti di novel ini. Pokoknya top markotop deh, dijamin yang membaca akan menangis karena ceritanya yang mengharu biru :)
Diposting oleh rizum! di 11/16/2010 12:20:00 PM
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Resensi Buku
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
 

Daisypath Graduation tickers

Daisypath Graduation tickers
Powered By Blogger